Saturday, June 9, 2012

AKIBAT DERHAKA KEPADA IBU


Guruh bergema sunguh ngeri,
Jika menyambar satu tragedi;
Aku lihat dengan mata sendiri,
Nenek tua kurus kering melidi.

Awan hitam di puncak gunung,
Cukup luas seperti tiada bertepi;
Mata tertonjol jauh merenung.
Meringkut sengsara terlantar sepi.

Halilintar menyambar berapi-api,
Apinya memanjang bertali-tali;
Bila kami ada di sisi sunyi menyepi,
Keadaannya patut sudah kembali.

Ribut taufan melanda beribu batu,
Habis punah segala harta empunya;
Kata adiknya dia tidak lazim begitu,
Boleh berkata dan hebat makannya.

Bala musibah melanda huru-hara,
Manusia engkar ibadah tak rajin;
Diusahakan agar ringan sengsara
Sakit yakin bukan gangguan jin.

Bala musibah mungkin sebab onar,
Diturunkan Allah tanda murka;
Apabila diselidik ternyata benar,
Nenek tua sengsara sebab derhaka.

Kapal tengelam patah mudik,
Tenggelam juga banyak perahu,
Melanda ribut taufan Negera Jepun;
Ibunya dulu dianjing dan diherdik,
Cukup memilukan ceritanya dulu,
Kini, ibu tiada untuk pohon ampun.

Mata melihat terbeliak terkebil-kebil,
Kekuasaan Allah tidak dapat diukirkan;
Tanah kubur ibu perlu sedikit diambil,
Dengan tanah itu nenek tua dimandikan.

Puting beliung musnah rumah reban,
Semuanya musnah tiada lagi ehsan;
Moga Allah swt meringankan beban,
Terpulang kepadaNya segala keputusan.

No comments:

Post a Comment